Rabu, 24 November 2010

Booting pada Linux

Booting adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada proses awal menyalakan komputer dimana semua register prosesor disetting kosong, dan status mikroprosesor/prosesor disetting reset. Kemudian address 0xFFFF diload di segment code (code segment) dan instruksi yang terdapat pada alamat address 0xFFFF tersebut dieksekusi.

Urutan Booting
Secara ringkas, urutan booting pada linux bisa dilihat pada gambar di bawah ini:

  1. BIOS: Basic Input/Output System merupakan interface level paling bawah yang menghubungkan antara komputer dan periperalnya. BIOS melakukan pengecekan integritas memori dan mencari instruksi pada? Master Boot Record (MBR) yang terdapat pada floppy drive atau harddisk.
  2. MBR menjalankan boot loader. Di linux, boot loader yang sering dipakai adalah LILO (Linux Loader) dan GRUB (GRand Unified Boot loader). Pada Red Hat dan Turunannya menggunakan GRUB sebagai boot loader.
  3. LILO/GRUB akan membaca label sistem operasi yang kernelnya akan dijalankan. Pada boot loader inilah sistem operasi mulai dipanggil. Untuk mengkonfigurasi file grub, buka filenya di /boot/grub/grub.conf
  4. Setelah itu, tanggung jawab untuk booting diserahkan ke kernel. Setelah itu, kernel akan menampilkan versi dari kernel yang dipergunakan, mengecek status SELinux, menegecek paritisi swap, mengecek memory, dan sebagainya.
  5. Kernel yang dipanggil oleh bootloader kemudian menjalankan program init, yaitu proses yang menjadi dasar dari proses-proses yang lain. Ini dikenal dengan nama The First Process. Proses ini mengacu pada script yang ada di file /etc/rc.d/rc.sysinit.
  6. Program init kemudian menentukan jenis runlevel yang terletak pada file /etc/inittab. Berdasarkan pada run-level, script kemudian menjalankan berbagai proses lain yang dibutuhkan oleh sistem sehingga sistem dapat berfungsi dan digunakan. Runlevel adalah suatu parameter yang mengatur servis yang akan dijalankan misalnya single user, reboot, shutdown, dan sebagainya. Program yang mengatur runlevel ini adalah init yang terletak pada direktori /etc/inittab.

Laporan Routing



Silahkan Download Disini

Sabtu, 20 November 2010

Laporan Manajemen Proses

Silahkan Download disini

Routing


Dasar-dasar Routing

Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan mengirimkan melalui network ke alat lain disebuah network yang berbeda.
Jika network Anda tidak memiliki router, maka jelas Anda tidak melakukan routing.
Untuk bisa  melakukan routing paket, ada hal-hal yang harus diketahui :
  • Alamat tujuan
  • Router-router tetangga dari mana sebuah router bisa mempelajari tentang network remote
  • Route yang mungkin ke semua network remote
  • Route terbaik untuk setiap network remote
Router menyimpan routing table yang menggambarkan bagaimana menemukan network-network remote.
Jenis-jenis routing adalah :
  • Routing statis
  • Routing default
  • Routing dinamis

Proses Routing IP
Proses routing IP dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut ini :

Default gateway dari host 172.16.10.2 (Host_A)  dikonfigurasi ke 172.16.10.1. Untuk dapat mengirimkan paket ini ke default gateway, harus diketahui dulu alamat hardware dari interface Ethernet 0 dari router (yang dikonfigurasi dengan alamat IP 172.16.10.1 tersebut). Mengapa demikian? Agar paket dapat diserahkan ke layer Data Link, lalu dienkapsulasi menjadi frame, dan dikirimkan ke interface router yang terhubung ke network 172.16.10.0. Host berkomunikasi hanya dengan alamat hardware pada LAN lokal. Penting untuk memahami bahwa Host_A, agar dapat berkomunikasi dengan Host_B, harus mengirimkan paket ke alamat MAC dari default gateway di jaringan lokal.


Routing statis terjadi jika Admin secara manual menambahkan route-route di routing table dari setiap router.
Routing statis memiliki kentungan-keuntungan berikut:
  • Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router (router lebih murah dibandingkan dengan routeng dinamis)
  • Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara router.
  • Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk mengisikan akses routing ke jaringan tertentu saja.
Routing statis memiliki kerugian-kerugian berikut:
  • Administrasi harus benar-benar memahami internetwork dan bagaimana setiap router  dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasikan router dengan benar.
  • Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, Administrasi harus menambahkan sebuah route kesemua router—secara manual.
  • Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaan full-time sendiri.
Routing Default
Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket secara manual menambahkan router ke sebuah network tujuan yang remote yang tidak ada di routing table, ke router hop berikutnya. Bisanya digunakan pada jaringan yg hanya memiliki satu jalur keluar.
Routing Dinamis
Routing dinamis  adalah ketika routing protocol digunakan untuk menemukan network dan melakukan update routing table pada router. Dan ini lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, tapi ia akan membedakan Anda dalam hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan


Routed dan Routing Protocol
Protocol tidak lain deskripsi formal dari set atau rule-rule dan konversi yang menentukan bagaimana device-device dalam sebuah network bertukar informasi. Berikut dua tipe dasar protocol.
  • Routed protocol
Merupakan protokol-protokol yang dapat dirutekan oleh sebuah router. Routed protocol memungkinkan router untuk secara tepat menginterpretasikan logical network.  Contoh dari routed protocol : IP, IPX, AppleTalk, dan DECnet.
  • Routing protocol
Protokol-protokol ini digunakan untuk merawat routing table pada router-router. Contoh dari routing protocol diantaranya OSPF, RIP, BGP, IGRP, dan EIGRP
RIP            Routing Information Protocol.  Distance vector protocol – merawat daftar jarak tempuh ke network-network lain berdasarkan jumlah hop, yakni jumlah router yang harus lalui oleh paket-paket untuk mencapai address tujuan. RIP dibatasi hanya sampai  15 hop. Broadcast di-update dalam setiap 30 detik untuk semua RIP router guna menjaga integritas. RIP cocok dimplementasikan untuk jaringan kecil.
OSPF        Open  Shortest Path First. Link state protocol—menggunakan kecepatan jaringan berdasarkan metric untuk menetapkan path-path ke jaringan lainnya. Setiap router merawat map sederhana dari keseluruhan jaringan. Update-update dilakukan via multicast, dan dikirim. Jika terjadi perubahan konfigurasi. OSPF cocok untuk jaringan besar.
EIGRP      Enhanced Interior Gateway Routing Protocol. Distance vector protocol—merawat satu set metric yang kompleks untuk jarak tempuh ke jaringan lainnya. EIGRP menggabungkan juga konsep link state protocol. Broadcast-broadcast di-update setiap 90 detik ke semua EIGRP router berdekatan. Setiap update hanya memasukkan perubahan jaringan. EIGRP sangat cocok untuk jaringan besar.
BGP          Merupakan distance vector exterior gateway protocol yang bekerja secara cerdas untuk merawat path-path ke jaringan lainnya. Up date-update dikirim melalui koneksi TCP.
Administrasi Distance
Administrative distance (disingkat AD) digunakan untuk mengukur apa yg disebut ke-dapat-dipercaya-an dari informasi routing yang diterima oleh sebuah router dari router tetangga. AD adalah sebuah bilangan integer 0 – 255, dimana 0 adalah yang paling dapat dipercaya dan 255 berarti tidak akan lalu lintas data yang akan melalui route ini.
Jika kedua router menerima dua update mengenai network remote yang sama, maka hal pertama yang dicek oleh router adalah AD. Jika satu dari route yang di-advertised (diumumkan oleh router lain) memiliki AD yang lebih rendah dari yang lain, maka route dengan AD terendah tersebut akan ditempatkan dirouting table.
Jika kedua route yang di-advertised memiliki AD yang sama, maka yang disebut metric dari routing protocol (misalnya jumlah hop atau bandwidth dari sambungan) akan digunakan untuk menemukan jalur terbaik ke network remote. Kalau masih sama kedua AD dan metric, maka digunakan load-balance (pengimbangan beban).
Tabel berikut memperlihatkan AD yang default yang digunakan oleh sebuah router Cisco untuk memutuskan route mana yang akan ditempuh menuju sebuah jaringan remote.
Sumber route
AD Default
Interface yang terhubung langsung
0
Route statis
1
EIGRP
90
IGRP
100
OSPF
110
RIP
120
External EIGRP
170
Tidak diketahui
255 (tdk pernah digunakan

Routing Protocol
Terdapat tiga klas routing protocol
Distance vector  Protocol distance-vector menemukan  jalur terbaik ke sebuah network remote dengan  menilai jarak. Route dengan jarak hop yang paling sedikit ke network yang dituju, akan ,menjadi route terbaik. Baik RIP dan IGRP adalah routing protocol jenis distance-vector. RIP dan IGRP mengirim semua routing table ke router-router yang terhubung secara lansung.

Link state  Atau disebut juga protocol shortest-path-first, setiap router akan menciptakan tiga buah table terpisah. Satu dari table ini akan mencatat perubahan dari network-network yang terhubung secara langsung, satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan table terakhir digunakan sebagai routing table. OSPF adalah sebuah routing protocol IP yang sepenuhnya link-state. Protocol link-state mengirim update-update yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router lain di network.

Hybrid  Protokol hybrid menggunakan aspek-aspek dari routing protokol jenis distance-vector dan routing protocol jenis link-state--sebagai contoh adalah EIGRP.

Routing Protocol  Jenis distance-Vector
Algoritma routing distance-vector mengirimkan isi routing tabel yg lengkap ke router router tetangga, yg kemudian menggabungkan entri-entri di routing tabel yang diterima tersebut dengan routing tabel yang mereka miliki, untuk melengkapi routing tabel router tersebut.
  1. RIP
Routing Information Protocol (RIP) mengirim routing table yang lengkap ke semua interface yang aktif setiap 30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk menentukan  cara terbaik ke sebuah network remote,  tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yg diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien pada jaringan besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router.
RIP v1 menggunakan clasfull routing, yang berarti semua alat di jaringan harus menggunkan subnet mask yang sama. Ini karena RIP v1 tidak mengirim update dengan informasi subnet mask di dalamnya. RIP v2 menyediakan sesuatu yang disebut prefix routing, dan bisa mengirim informasi subnet mask bersama dengan update-update dari route. Ini disebut classless routing
  1. IGRP
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol jenis distance-vector milik cisco (cisco-proprietary). Artinya semua router anda harus router cisco untuk menggunakan IGRP dijaringan anda.
IGRP memiliki jumlah hop maksimum sebanyak 255, denga nilai default 100. Ini membantu kekurangan pada RIP.
  1. EIGRP
Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah sebuah routing protocol
distance-vector milik cisco (cisco-proprietary) yang sudah ditingkatkan, yang memberi suatu keunggulan dibanding IGRP.  Keduanya menggunakan konsep dari sebuah autonomous system untuk menggambarkan kumpulan dari router-router yang contiguous (berentetan, sebelah menyebelah) yang menjalankan routing protocol yang sama dan berbagi informasi routing. Tapi EIGRP memasukkan subnet mask kedalam update route-nya. Sehingga memungkinkan kita menggunakan VLSM dan melakukan perangkuman (summarization) . EIGRP mempunyai sebuah jumlah hop maksimum 255. Berikut fitur EIGRP yang jauh lebih baik dari IGRP
  • Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui modul-modul yang bersifat protocol dependent
  • Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan efisien
  • Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP)
  • Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing update Algoritma (DUAL)

Routing Protocol  Jenis link-state
Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah protocol standar terbuka yg telah dimplementasikan oleh sejumlah vendor jaringan.  Jika Anda memiliki banyak router, dan tidak semuanya adalah cisco, maka Anda tidak dapat menggunakan EIGRP, jadi pilihan Anda tinggal RIP v1, RIP v2, atau OSPF. Jika itu adalah jaringan besar, maka pilihan Anda satu-satunya hanya OSPF atau sesuatu yg disebut route redistribution-sebuah layanan penerjemah antar-routing protocol.
OSPF bekerja dengan sebuah algoritma yang disebut algoritma Dijkstra. Pertama sebuah pohon jalur terpendek (shortest path tree) akan dibangun, dan kemudian routing table akan diisi dengan jalur-jalur terbaik yg dihasilkan dari pohon tesebut. OSPF hanya mendukung routing IP saja.



Manajemen Proses


1.  MANAJEMEN PROSES
Secara umum, manajemen proses di dalam OS (operating system) Linux Ubuntu memiliki cara dan mekanisme yang hampir sama dengan manajemen proses dalam OS turunan UNIX (dan Linux) lainnya. Oleh karenanya dalam Bab ini, akan diberikan penjelasan singkat mengenai manajemen proses di dalam OS berbasis Linux pada umumnya, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan beberapa hal khusus yang dijumpai di Linux Ubuntu.
1.1 MANAJEMEN PROSES LINUX
1.1.1 TIPE PROSES
Terdapat beberapa tipe proses yang dikenal dalam OS berbasis Linux pada umumnya, antara lain:
Interactive   : proses yang dimulai (dan dikontrol oleh) shell. Bisa tampak di luar (foreground) ataupun hanya di dalam (background).
Batch              : proses yang tidak berhubungan dengan terminal, tetapi menunggu untuk dieksekusi secara berurutan (sekuensial).
Daemon        : proses yang dimulai ketika Linux booting dan berjalan secara background. Proses ini menunggu permintaan dari proses lainnya, bila tidak ada request, maka berada dalam keadaan ‘idle’.

Dalam Linux, sifat-sifat proses dibagi menjadi tiga bagian, yakni: Identitas Proses, Lingkungan, dan Konteks.
1.1.2 IDENTITAS PROSES
Identitas proses memuat beberapa hal penting berikut:
Process ID (PID) → pengenal unik untuk proses; digunakan untuk menentukan proses-proses mana yang dibawa ke dalam OS saat suatu aplikasi membuat system call untuk mengirim sinyal, mengubah, atau menunggu proses lainnya. PID adalah 32-bit bilangan yang mengidentifikasikan setiap proses dengan unik. Linux membatasi PID sekitar 0-32767 untuk menjamin kompatibilitas dengan sistem UNIX tradisional.
Mandat (Credentials) → setiap proses harus memiliki sebuah user ID dan satu atau lebih group ID yang menentukan hak proses untuk mengakses sumber daya sistem dan file.
Personality → tidak ditemukan dalam sistem UNIX, namun dalam Linux setiap proses memiliki sebuah pengenal pribadi (personality) yang dapat (sedikit) mengubah system call tertentu secara semantic. Terutama digunakan oleh library emulation agar system call dapat kompatibel dengan bentuk tertentu UNIX.
1.1.3 LINGKUNGAN PROSES
Lingkungan proses diturunkan dari orang tuanya dan terdiri atas dua vektor null-terminated sebagai berikut:

  • Vektor argument berisi daftar argument command-line yang digunakan untuk memanggil program yang berjalan; secara konvensional dimulai dengan nama programnya sendiri.

  • Vektor lingkungan merupakan sebuah daftar pasangan “NAME=VALUE” yang menghubungkan nama variabel lingkungan dengan nilai tekstual tertentu.

Senin, 01 November 2010

Tabel Sprektrum Frekuensi

Spektrum elektromagnetik dibagi dalam berbagai klasifikasi antara lain : Low Frekuensi (LF), Medium Frekuensi (MF), High Frekuensi (HF), Very High Frekuensi (VHF), Ultra High Frekuensi (UHF), Super High Frekuensi (SHF), EHF, THF. Dimana untuk frekuensi dari 10 Khz – 10 Ghz merupakan batas yangdapat dilewati oleh gelombang radio, microwave, infra red ,dan ultraviolet. kemajuan teknologi telah mewujudkan beberapa media rangkaian yang melakukan proses transmisi data tanpa menggunakan wire atau lebih dikenal "wireless trasnmission". media tersebut adalah Spektrum Elektromagnetik (Electromagnetic Spectrum), Pemindahan Radio (Radio Transmission), Pemindahan Gelombang Mikro (Microwave Transmission), Pemindahan Gelombang Ringan (Lightwave Transmission) dan Gelombang Infra Merah serta Milimeter (Infrared and Milimeter Waves).

Tabel Sprektum Frekuensi

Kamis, 28 Oktober 2010

Soal CIDR

Soal CIDR
(Dari Yoga )

1) Network awal = 192.168.128.0 /23 dengan 4 subnet
Jawab :
    a. Tentukan range network awal
        • 192.168.128.0 /23 - 192.168.129.255 /23
        • Jumlah host = 29 = 512 host

    b. Tentukan panjang tiap subnetworknya
        • Panjang tiap subnet = jumlah host awal/jumlah subnet
                    = 512/4 = 128 host
        • Setara dengan netmasking /25

    c. Berikan alokasi IP Address untuk tiap subnetworknya
        • 192.168.128.0 /25 - 192.168.128.127 /25
        • 192.168.128.128 /25 - 192.168.128.255 /25
        • 192.168.129.0 /25 - 192.168.129.127 /25
        • 192.168.129.128 /25 - 192.168.129.255 /25

Soal VLSM

Soal VLSM
(Dari Alan )


1) Dari network 192.16.16.0 /21 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network:
    a. A : 200 PC
    b. B  :300 PC
    c. C : 400 PC
    d. D :60 PC
    e. E : 100 PC
    f.  F : 30 PC
    g. G : 190 PC
    Jawab    :
    a. Definisi range tiap network
        • A : 200+2 =202 IP Address dibulatkan menjadi 16 IP ; netmask = /24
        • B  :300+2 =302 IP Address dibulatkan menjadi 512 IP ; netmask = /23
        • C : 400+2 =402 IP Address dibulatkan menjadi  512 IP ; netmask = /23
        • D :60+2 =62 IP Address dibulatkan menjadi  64 IP ; netmask = /26
        • E : 100+2 =102 IP Address dibulatkan menjadi  128 IP ; netmask = /25
        • F : 30+2 =32 IP Address dibulatkan menjadi  32 IP ; netmask = /27
        • G : 190+2 =192 IP Address dibulatkan menjadi  256 IP ; netmask = /24
    b. Menentukan network dari network terbesar
        • C
        • B
        • A
        • G
        • E
        • D
        • F

    c. Tentukan alokasi IP Address
        • C : 192.16.16.0 /23 - 192.16..17.255 /23
        • B : 192.16.18.0 /23 - 192.16.19.255 /23
        • A : 192.16.20.0 /24 - 192.16.20 255 /24
        • G : 192.16.21.0 /24 - 192.16.21.255 /24
        • E : 192.16.22.0 /25 - 192.16.22.127 /25
        • D : 192.16.22.128 /26 - 192.16.22.191 /26
        • F : 192.16.22.192 /27 - 192.16.22.223 /27
        Sisa : 192.16.22.224 - 192.16.23.255 = 288

Senin, 25 Oktober 2010

Cable Tray

Cable Tray
In the electrical wiring of buildings, a cable tray system is used to support insulated electric cables used for power distribution and communication. Cable trays are used as an alternative to open wiring or electrical conduit systems. Cable trays are commonly used for cable management in commercial and industrial construction. Cable trays are especially useful where changes to a wiring system are anticipated, since new cables can be installed by laying them in the tray, instead of pulling them through a pipe.



Cable trays can be used in stores and dwellings



Conduit

Conduit

An electrical conduit is an electrical piping system used for protection and routing of electrical wiring. Electrical conduit may be made of metal, plastic, fiber, or fired clay. Flexible conduit is available for special purposes.

     Conduit is generally installed by electricians at the site of installation of electrical equipment. Its use, form, and installation details are often specified by wiring regulations, such as the U.S. NEC or other national or local code. The term "conduit" is commonly used by electricians to describe any system that contains electrical conductors, but the term has a more restrictive definition when used in wiring regulations.

     Early electric lighting installations made use of existing gas pipe to gas light fixtures (converted to electric lamps). Since this technique provided very good protection for interior wiring, it was extended to all types of interior wiring and by the early 20th century purpose-built couplings and fittings were manufactured for electrical use.
    

Kamis, 21 Oktober 2010

VLSM

Subnet adalah salah satu cara untuk memecah jaringan komputer menjadi jaringan-jaringan yang lebih kecil dibawahnya. Tujuan pemecahan ini adalah untuk menghindar Collision dan mengantisipasi keterbatasan IP Address. Subnet dibuat dengan mengorbankan satu atau beberapa host, sehingga bit-bit yang tadinya diperuntukkan buat indentifikasi host maka dijadikan menjadi bit jaringan. Permasalahan yang muncul dengan adanya subnet ini adalah munculnya subnetid yang diambil dari kelipatan bit host tadi, akibatnya pengenal jaringan yang secara default dinyatakan dengan bit bit nol dengan adanya subnet maka pengenal jaringan tidak lagi bit bit nol melainkan bit bit kelipatan subnet yang dimasking. IP dengan bit bit nol dan bit bit satu misalnya 192.168.0.0 atau 255.255.255.255 tidak dapat dipakai, bit-bit ini sering diistilahkan dengan subnetmask zeros dan subnetmask ones.

Kondisi ini akan berbeda dengan ditemukannya sistem VLSM (Variabel Length Subnet Mask), membantu dan dapat membuat subnet subnet ones dan zeros dikenali dijaringan.

Variable Length Subnet Mask ( VLSM) bermakna mengalokasikan IP yang menujukan sumber daya ke subnets menurut kebutuhan individu mereka dibanding beberapa aturan umum network-wide. IP yang me-routing protokol yang didukung oleh Cisco, OSPF, IS-IS [yang] Rangkap, BGP-4, dan EIGRP medukungan “classless” atau VLSM rute.

Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda Dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet, namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.
Pada metoda VLSM subnetting yang digunakan berdasarkan jumlah host, sehingganya akan semakin banyak jaringan yang akan dipisahkan. Tahapan perhitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM. Maka setelah dilakukan perhitungan maka dapat dilihat, subnet yang telah dipecah maka akan menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti subnetnya.
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut.

Contoh :
diberikan Class C network 204.24.93.0/24, ingin di subnet dengan kebutuhan berdasarkan jumlah host: netA=14 hosts, netB=28 hosts, netC=2 hosts, netD=7 hosts, netE=28 hosts. Secara keseluruhan terlihat untuk melakukan hal tersebut di butuhkan 5 bit host(2^5-2=30 hosts) dan 27 bit net, sehingga:

netA (14 hosts): 204.24.93.0/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 16 hosts
netB (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.64/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 28 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.96/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 23 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.128/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts

dengan demikian terlihat adanya ip address yang tidak terpakai dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini mungkin tidak akan menjadi masalah pada ip private akan tetapi jika ini di alokasikan pada ip public(seperti contoh ini) maka terjadi pemborosan dalam pengalokasian ip public tersebut. Untuk mengatasi hal ini (efisiensi) dapat digunakan metoda VLSM,
, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. buat urutan berdasarkan penggunaan jumlah host terbanyak (14,28,2,7,28 menjadi 28,28,14,7,2).
2. tentukan blok subnet berdasarkan kebutuhan host:
28 hosts + 1 network + 1 broadcast = 30 –> menjadi 32 ip ( /27 )
14 hosts + 1 network + 1 broadcast = 16 –> menjadi 16 ip ( /28 )
7 hosts + 1 network + 1 broadcast = 9 –> menjadi 16 ip ( /28 )
2 hosts + 1 network + 1 broadcast = 4 –> menjadi 4 ip ( /30 )
Sehingga blok subnet-nya menjadi:
netB (28 hosts): 204.24.93.0/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netA (14 hosts): 204.24.93.64/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 0 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.80/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 7 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.96/30 => ada 2 hosts; tidak terpakai 0 hosts

jadi intinya :

terlihat adanya ip address yang tidak terpakai dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini mungkin tidak akan menjadi masalah pada ip private akan tetapi jika ini di alokasikan pada ip public(seperti contoh ini) maka terjadi pemborosan dalam pengalokasian ip public tersebut.



sumber :
www.wikan pribadi.com

CIDR

Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan. Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan. CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.


contoh soal :

dik : Network awal = 192.168.10.0/23
dit :
  • Bagi menjadi 8 subnet
  • Tentukan alokasi subneting masing-masing
  • Berikan alokasi IPAddress untuk masing-masing subetmasknya      
jwb:
  • Tentukan range network awal :
Avaiable address = 192.168.10.0 s/d 192.168.11.255
jumlah IP awal  = 512

  • Tentukan panjang setian subnetnya:
panjang subnet = jumlah host awal/jumlah subnet
                = 512/8 = 64
jadi, tiap subnet panjangnya adalah 64 IP atau setara dengan /26

  • Alokasi IP untuk tiap subnetnya :
192.168.10.0/26  s/d  192.168.10.63/26
192.168.10.64/26  s/d  192.168.10.127/26
192.168.10.128/26  s/d  192.16810.191./26
192.168.10.192/26  s/d  192.168.10.255/26
192.168.11.0/26  s/d  192.168.11.63/26
192.168.11.64/26  s/d  192.168.11.127/26
192.168.11.128/26  s/d  192.168.11.191/26
192.168.11.192/26  s/d  192.168.11.255/26





sumber :
www.wikipedia.org

Kamis, 14 Oktober 2010

Pengujian IP Address

Alat dan Bahan:

• 2 buah komputer
• Sebuah kabel utp (crossover) dengan konektor RJ45
• NIC card
• Aplikasi Command Promt (cmd)

Langkah Kerja :
  1. Nyalakan PC 
  2. Hubungkan Kabel UTP/RJ45 (crossover) ke kedua PC tersebut sehingga saling berhubungan.
  3. Periksa kembali apakah Kabel UTP/RJ45 sudah benar-benar terkoneksi ke kedua PC tersebut.
  4. Kemudian, buka “Control Panel” → “Network and Internet ” → “Network and Sharing Center” → Klick pada “Local Area Network” → klik “properties” → klik 2 kali pada “Internet Protocol (TCP/Ipv4)” → kemudian ubahlah IP Address dan Subnet masknya.Dalam hal ini saya (PC-1)menggunakan IP Address 172.16.16.22 dan Subnet Mask 255.255.255.192 sedangkan PC lain yang digunakan/diujicoba menggunakan IP Address 192.168.100.1; 192.168.0.1 ; 111.131.141.129 ; 200.201.220.1 ; 172.32.32.18 ; 172.32.32.17 ; 172.32.32.18 ;172.32.33.18 ; 12.32.34.1 ; dan 172.32.100.1 . dan masukan Subnet Masknya.
  5. Untuk mengetahui suatu IP Address termasuk dalam suatu network kita dapat menggunakan aplikasi command prompt (cmd) dengan cara klik “start” →klik”run” →kemudian ketikan “cmd” →kemudian klik “ok”.
  6. Setelah itu masukan perintah “ping_alamat IP”.
  7. Amati apa yang terjadi, apabila hasilnya berupa “reply” dari PC lain berarti host tersebut berada dalam satu network. Tetapi apabila hasilnya berupa “request time out” berarti PC lain tersebut tidak berada dalam satu network.
  8.  Ambil Screenshot dari hasil “reply” 5 buah dan dari hasil “request time out” 5 buah.
  9.  Kemudian buat laporannya.

Hasil Pengamatan:

IP dalam satu jaringan (bearda dalam satu network) :

  • Host 192.168.100.2/27 melakukan Ping ke Host dengan IP 192.168.100.1/27 Hasilnya sebagai berikut :

  • Host 172.32.32.17/28  melakukan Ping ke Host dengan IP 172.32.32.18/28 Hasilnya sebagai berikut :


  •  Host 192.168.0.2 /26 melakukan Ping ke Host dengan IP 192.168.0.1/26 Hasilnya sebagai berikut :




  • Host 111.131.141.130/25 melakukan Ping ke Host dengan IP 111.131.141.129/25 Hasilnya sebagai berikut :





  • Host 200.201.220.2/24 melakukan Ping ke Host dengan IP 200.201.220.1/24 Hasilnya sebagai berikut :